Home Nasional Amien Suyitno: Pendidikan Islam Tidak Boleh Terjebak dalam Dikotomi

Amien Suyitno: Pendidikan Islam Tidak Boleh Terjebak dalam Dikotomi

Antara ilmu agama dan ilmu umum

42
0
SHARE
Amien Suyitno: Pendidikan Islam Tidak Boleh Terjebak dalam Dikotomi

Keterangan Gambar : Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kemenag, Amien Suyitno (foto ist)

Pendidikan Islam masa kini harus bergerak menuju scientification of religious tradition and local wisdom — sebuah paradigma yang mengintegrasikan ilmu agama, ilmu alam, dan kemanusiaan. 

Jakarta, edunews.com- Hal itu disampaikan Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Amien Suyitno, dalam The 11th International Seminar on Social Humanities and Malay Islamic Civilisation (ISSHMIC) 2025 di UIN Raden Fatah Palembang, Selasa (8/10/2025).

Seminar internasional tahunan ini menjadi forum akademik untuk meneguhkan hubungan antara tradisi Islam Melayu dan sains modern.

“Scientification bukanlah upaya rasionalisasi yang menghilangkan makna spiritual tradisi, tetapi cara memuliakan dan menghidupkannya agar relevan, bermanfaat, dan terus berkembang,” ujar Suyitno.

Suyitno menjelaskan, integrasi pengetahuan harus mencakup tiga ranah utama: ulumud-diniyyah (ilmu keagamaan), ulumul kauniyyah (ilmu alam dan sosial), serta ulumul insaniyyah (ilmu kemanusiaan). Ketiganya, kata dia, harus berjalan selaras dalam satu ekologi pengetahuan yang saling berinteraksi.

“Pendidikan Islam tidak boleh terjebak dalam dikotomi antara ilmu agama dan ilmu umum. Keduanya adalah mitra dialog, bukan rival,” tegasnya.

Ia menambahkan, dengan 718 bahasa daerah dan populasi lebih dari 285 juta jiwa, Indonesia adalah laboratorium pengetahuan yang luar biasa untuk mengembangkan integrasi ilmu dan kearifan lokal.

“Dari keragaman budaya dan tradisi, kita menemukan Islam yang hidup, dinamis, dan humanis,” lanjutnya.

Panca Cinta Pendidikan

Dalam forum ini, Suyitno juga memperkenalkan Kurikulum Cinta (Love-Based Curriculum) yang diinisiasi Menteri Agama Nasaruddin Umar. Kurikulum ini menanamkan lima nilai cinta: Tuhan, ilmu pengetahuan, lingkungan, sesama manusia, dan tanah air.

“Cinta adalah inti pendidikan. Ia membentuk manusia yang beriman, berpengetahuan, dan berempati. To humanize human—memanusiakan manusia—adalah tujuan utama pendidikan Islam,” ujarnya.

Sebelumnya, Wakil Rektor UIN Raden Fatah Palembang menyampaikan laporan pelaksanaan seminar yang melibatkan 140 peserta dari berbagai lembaga pendidikan, riset, dan profesional, baik dari Indonesia maupun luar negeri.

“Tema tahun ini menegaskan komitmen kita untuk menghubungkan kebijaksanaan tradisi dan praktik masyarakat Islam Melayu dengan sains modern,” katanya.

Ia juga menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak yang telah mendukung kelancaran seminar, serta menekankan bahwa ISSHMIC telah menjadi agenda akademik internasional yang konsisten digelar setiap tahun.

“Kami berharap ISSHMIC 2025 tidak hanya memperdalam pemahaman tentang peradaban Melayu-Islam, tetapi juga menginspirasi kolaborasi global untuk mengintegrasikan tradisi dan ilmu pengetahuan bagi masa depan yang lebih beradab,” ucapnya.***(edu/sp-kmg)